Pergeseran Pola Konsumsi Masyarakat

Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat Indonesia, ternyata berimbas pada pergeseran pola konsumsinya. Jumlah penduduk yang tinggi dan perubahan peta pasar menjadikan pola konsumsi masyarakat turut berubah. 

Survei sosial ekonomi nasional yang dituangkan dalam modul konsumsi 1999, 2002 dan 2005, menunjukkan data statistik yang lebih meyakinkan, sepanjang 10 tahun dari periode tahun 1999 – 2009 telah terjadi perubahan orientasi konsumsi masyarakat kita. Jika di tahun 1999 produk makanan masih menjadi dominasi konsumsi sebesar 62,9 %, secara bertahap menurun di tahun 2004 menjadi 54,6% dan hanya 50,6% di tahun 2009. Sementara orientasi konsumsi pada produk bukan makanan mengalami kenaikan dari 37,1% di tahun 1999, naik menjadi 45,4 % di tahun 2004 dan menjadi 49,4% di tahun 2009. 

Inilah yang menunjukkan bahwa peta pasar masyarakat kita telah berubah orientasi secara bertahap, dan ini terjadi karena adanya kenaikan pendapatan di level masyarakatnya. Pertumbuhan domestik yang besar di negara berkembang yang dipimpin Indonesia sebagai salah satu yang paling kuat, patut diapresiasi karena berhasil memimpin perekonomian dunia yang saat ini tengah beralih dari fase pasca krisis bergerak perlahan menuju pertumbuhan kuat. Dan lebih dari setengah pertumbuhan global berasal dari negara berkembang. Pertumbuhan negara berkembang akan terus melampaui negara berpenghasilan tinggi. Indonesia yang tumbuh 5,9% pada tahun 2010, meningkat menjadi 6,2 % di tahun 2011 dan diprediksi akan meningkat lagi menjadi 6,5% di tahun 2012. 

Jika kita melihat proyeksi ke depan, maka Indonesia punya potensi sosial yang sangat hebat, bayangkan anak usia dibawah 14 tahun sejumlah lebih dari 60 juta jiwa, lima tahun ke depan akan hadir kelompok usia 10-14 tahun saat ini yang akan masuk kedunia kerja dan produktif, jumlahnya mencapai 20.396,1 [ribu] orang, 10 -15 tahun lagi malah ada sejumlah hampir 42 juta orang yang akan muncul. Itu berarti ditahun 2020-2030 potensi jumlah sumber daya manusia Indonesia sangat luar biasa. 

Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai hampir 230 juta ini, merupakan jumlah yang sangat besar, hampir 12 kali lipat lebih banyak dari jumlah penduduk Australia, sebuah benua dan juga Malaysia [sekitar 20 juta rakyat]. Dan 57 kali lebih besar dari jumlah penduduk Singapura yang hampir semua masyarakatnya makmur itu [sekitar 4-5 juta jiwa]. Dan 575 kali lipat lebih banyak dari jumlah penduduk Brunei Darussalam [sekitar 400 ribu jiwa]. 

Jika 10% penduduk Indonesia makmur, itu artinya lebih dari 20 juta jiwa berada dalam kategori mapan. Jumlah ini, hampir sama dengan jumlah penduduk di benua Australia, atau rata-rata sama dengan jumlah penduduk di beberapa negara di Asia seperti Thailand dan Malaysia. Bagaimana jika setiap 10 tahun, ada 10% masyarakat kita yang masuk ke kategori makmur, maka hasilnya pasti akan sangat luar biasa bagi pertumbuhan Indonesia. Yang kemungkinan dapat terjadi adalah daerah-daerah seperti Malang, Bogor, Kerawang, Serang, Samarinda tumbuh seperti Jakarta, Surabaya, Medan atau Bandung. Dan kelompok kecamatan di bawahnya, naik kelas menjadi kota. Demikian pula dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. 

Semua naik level menuju Indonesia yang sejahtera. Namun kita masih punya catatan minus saat ini, jumlah penduduk miskin [Maret 2010] sebanyak 31,02 juta (13,33 persen), sebagian besar (64,23 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan. Dan ini jumlah yang sangat besar melebihi jumlah penduduk di benua Australia. Sementara pada saat yang sama, penduduk di negara-negara maju akan didominasi orang-orang tua. Jepang, Singapura, Amerika Serikat dan Eropa akan lebih banyak didominasi oleh penduduk berusia lanjut. Pertumbuhan jumlah penduduk di negara-negara itu tergolong kecil sehingga kaum muda dan produktif tidak akan mendominasi pada 2025. Sementara, orang-orang tua bukanlah warga produktif dan tidak konsumtif. Maka pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang saat ini tergolong maju justru akan menurun. 

Apa yang dicapai Indonesia saat ini hampir sama dengan apa yang pernah terjadi di Jepang pada era tahun 1950-an; dimana komposisi masyarakatnya menunjukkan demografi yang sama, dan kita semua tahu apa yang terjadi dengan Jepang mulai dari periode tahun tersebut, mereka menjelma menjadi macan Asia dan bahkan dunia. 

Demikian pula dengan kemampuan memaksimalkan kesempatan, dimana Indonesia dengan struktur jumlah usia penduduknya dinilai oleh Bank dunia lewat data yang mereka lansir sebagai peluang dengan potensi yang sangat besar. Working age atau usia produktif orang yeng bekerja dari periode tahun 2010 sampai dengan 2030 diperkirakan akan terus bertambah, dan jumlah ini akan menjadi sektor penggerak utama perekonomian. Diperkriakan penurunan baru terjadi mulai periode tahun 2030 ke atas. 

Dent sendiri meramalkan ditahun 2065 jumlah penduduk dunia akan mulai menurun dan saat itulah depresi besar-besaran terjadi. Menurutnya, China akan terganjal laju pertumbuhannya karena adanya generasi yang hilang. “China will grow old before going rich.” Sementara Jepang yang telah melewati masa peak nya di periode tahun 1990-an, dan akan terus declining demikian pula dengan Amerika Serikat yang mencapai peak nya di tahun 1997 dan akan terus menurun sampai nanti akan mulai kembali naik ditahun 2020 dan baru akan mengalami second booming di tahun 2030-2035. Sementara Indonesia akan terus bertumbuh dari tahun 2010 sampai dengan peak nya di tahun 2050. Di sinilah Indonesia akan mengambil alih kendali perekonomian dunia. 

Sumber : the-marketeers

No comments:

Post a Comment