Stroke Ringan, Otak pun Rusak

Kami baru saja mendapat kabar seorang teman mengalami stroke ringan. Bisa dibilang sang teman ini usianya masih muda. Stroke ringan bisa menimpa siapa saja, risiko terbesar terutama mereka yang menderita hipertensi, diabetes, perokok, serta dislipidemia.

Sebuah penelitian di Journal of Neuroscience menyebutkan, stroke ringan – juga disebut Transient Ischemic Attack (TIA) – dapat memicu kerusakan otak dan gangguan kognitif. TIA merupakan peringatan kemungkinan terjadinya stroke yang akan datang.

TIA sendiri memiliki gejala seperti stroke, tetapi hanya berlangsung beberapa menit. TIA merupakan serangan episode transien disfungsi neurologis yang disebabkan oleh iskemia (penurunan aliran darah) – baik otak fokal, sumsum tulang belakang atau retina – tanpa infark akut (kematian jaringan). Terjadi ketika asupan oksigen ke bagian tertentu dari otak terhalang sebentar, lalu kembali normal. Halangan tersebut biasanya disebabkan oleh penyempitan arteri otak karena aterosklerosis atau gumpalan darah kecil yang terbawa masuk dari tempat lain dalam tubuh dan menyumbat arteri otak. 

TIA dan stroke mempunyai gejala yang sama, seperti kelumpuhan kontralateral (sisi berlawanan dari tubuh dari belahan otak yang terkena) atau kelemahan mendadak atau mati rasa. TIA dapat menyebabkan tiba-tiba meredupnya atau kehilangan penglihatan (amaurosis fugax), afasia (kehilangan kemampuan berbicara dan mengerti), berbicara melantur dan kebingungan mental. Gejala lain seperti pusing, lemah, tidak dapat berjalan, kesulitan koordinasi tangan dan lengan.

Tapi tidak seperti stroke, gejala TIA dapat diatasi dalam beberapa menit atau 24 jam. Cedera otak masih mungkin terjadi pada TIA namun hanya berlangsung beberapa menit. Tapi, bila berlanjut lebih dari 24 jam maka dikategorikan sebagai stroke biasa.

“Menurut penelitian kami, neuron rusak oleh TIA. Hasil dari analisis ini dapat digunakan untuk mengobati setidaknya pada bagian neuron setelah menderita stroke ringan,” kata peneliti penulis utama penelitian, Maiken Nedergaard dari University of Rochester. Stroke ringan baru mulai diperhatikan oleh para peneliti. Karena teknik pencitraan umum seperti MRI biasanya tidak cukup sensitif untuk mendeteksi cedera atau kerusakan dari stroke ringan.

Stroke ringan terjadi ketika aliran darah ke otak tersumbat. Tidak seperti stroke akut yang memiliki gejala mati rasa, penglihatan kabur, dan bicara cadel, stroke ringan sering menyerang tanpa gejala. Namun dampaknya pada otak cukup mengkhawatirkan. (intisari)



No comments:

Post a Comment