Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar kata “kompetitor” atau “pesaing?” Tentunya yang muncul di benak Anda akan beragam. Mungkin ada yang langsung membayangkan “musuh.” Mugkin pula ada yang membayangkan dengan pihak yang harus disorot terus karena dialah yang mengancam posisi dan pangsa pasar.
Tapi, bagaimana kalau Anda diajak untuk “menari” bersama kompetitor? Mari kita belajar lebih dulu dari kasus Coca-Cola dan Pepsi. Kedua merek minuman bersoda ini sudah lama terkenal dengan perang iklannya. Perang klasik di panggung pemasaran keduanya memang menarik untuk disimak. Perangnya pun tampak konsisten. Inovasi satu ditiru dan disusul dengan inovasi baru.
Di iklan, keduanya saling ejek, tapi keduanya tidak tersinggung dan saling mensomasi. Meski tampak sebagai musuh bebuyutan, justru keduanya saling “menyanyangi” dan tentunya saling membutuhkan. Bisa dibayangkan bagaimana kalau Coca-Cola bermain sendirian di pasar. Demikian juga dengan Pepsi.
Bahkan, CEO Pepsi Roger Enrico kala itu bilang, “Peperangan bisnis harus dilihat sebagai pertempuran tanpa darah. Tanpa Coca-Cola, Pepsi akan menghasdapi kesulitan karena harus senantiasa tampil orisinal. Kalau Coca-Cola tidak ada, kami justru berharap suatu hari nanti akan ada orang yang mendirikan perusahaan seperti itu.”
Kompetitor dibutuhkan agar perusahaan bisa terpacu untuk terus maju dan berinovasi melahirkan produk-produk dan layanan baru secara kreatif. Selain itu, kompetitor juga dibutuhkan untuk membantu mengedukasi pasar. Dalam arti tertentu, persaingan dibutuhkan agar kehidupan bisnis bisa dinamis. Tentunya, persaingan di sini adalah persaingan yang sehat. Tidak saling menjatuhkan.
Dalam salah satu prinsip dalam Marketing 3.0, pemasaran berbasis nilai-nilai dan human spirit, dikatakan bahwa perusahaan harus mampu menyayangi pelanggan dan menghormati kompetitor. Menghormati kompetitor menjadi batu uji bahwa perusahaan benar-benar mampu menyayangi pelanggannya. Kalau tidak bisa menghormati kompetitor, perusahaan itu juga disangsikan bakal mampu menyayangi pelanggannya dengan tulus.
Sebab itu, tidak perlu takut dengan kompetitor. Kompetitor adalah sahabat. Bahkan, kompetitor bisa diajak bersama-sama menggarap pasar. Inilah yang disebut dengan co-opetition yang merupakan gabungan dari dua kata, yakni cooperation dan competition. Artinya, tetap bersaing tapi tetap juga bekerjasama. Contohnya, tiga operator besar di Indonesia baru saja meluncurkan bersama layanan Mobile Ad. Ketiganya adalah Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat.
Nah, sudah saatnya “menari” bersama kompetitor. (the-marketeers)
No comments:
Post a Comment